Senin, 05 Januari 2009

AKANG ADALAH PETANI SAYUR YANG SUKSES

Berita : Kepri

Tanggal : 15 / 02 2008.

Oleh : FNS .JB

Kepri SNP ,

Baru – baru ini SNP berkunjung kesalah satu perkebunan sayur Wacopek, yang terletak di Kecamatan Kijang Kabupaten Bintan. Dan kebun sayur tersebut dikelolah oleh Akang warga keturunan Tionghoa , Akang sebagai warga keturunan yang punya prinsip positif . Saat SNP menjumpai Akang disebuah kedai kopi untuk wawancara , Akang merasa dirinya hanya seorang tukang kebun sayur ,yang tinggal jauh dari kota tanjung Pinang . Jadi sangat tidak pantas untuk diwawancarai , setelah SNP menyinggung kesalah satu hasil Holtikultural yang lagi dikembangkan oleh Akang, baru Akang bercerita , “ Pak kalau hasil sayur ini kami export ke Singapore “ jelasnya kepada SNP. Pak sebenarnya Malaysia juga , ada permintaan sayuran dari pulau Bintan ini . Tapi karena banyak kendalanya saat ini maka kami hanya bisa export ke Singapore saja . Akang warga keturunan Tionghoa yang patut diberikan penghargaan oleh pemerintahan pulau Bintan melalui usaha Holtikultural , karena secara tidak langsung prodak Indonesia dapat dikenal diluar Negeri . Akang berjanji kalau ada investor Asing yang mau menanamkan modal dipulau Bintan ini , “ Saya akan terima dengan senang hati ujarnya kepada SNP sambil tersenyum . Untuk kedepannya saya akan mencoba menanam padi, tapi pengembangan tersebut saya akan berusaha mencari lahan baru yang agak jauh dari sini . Rencana nya di Toapaya dan Tanjung Uban . Karena disini persediaan airnya , sudah tak mencukup lagi dengan adanya pertambangan bouksit . Biasanya kami bisa menggunakan untuk satu bulan , tapi saat ini debet air semakin berkurang . Jadi agak susah apalagi peliharaan sayuran tersebut buat export , “ Keluhan Akang pada SNP” . Ditambah pula limbah bouksit tersebut tidak bisa mengendap kedalam tanah , jadi kalau musim hujan limbah tersebut akan mengalir ketempat – tempat yang lebih rendah, yang ahkirnya bisa merusak tanaman sayuran.

Pertambangan belum memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat Bintan , yang terjadi adalah pengerusakan lingkungan akibat ekplotasi tambang seperti bouksit , pasir , dan batu granit.

Hal ini dapat dilihat makin maraknya ekplotasi perusahaan pertambangan bouksit terhadap pulau – pulau kecil di Kabupaten Bintan , dengan melakukan penggalian sampai kedalaman yang diperkirakan sudah diambang batas kewajaran . Berbagai peraturan Pemerintah dianggap angin lalu oleh para cukong – cukong bouksit . Wajar kalau aktivitas tersebut ahkirnya menimbulkan keresahan masyarakat yang peduli akan lingkungan .

DAMPAK PENAMBANGAN “

Ekplotasi penambangan secara serampangan dikabupaten Bintan tidak sebatas merusak lingkungan , masyarakatpun ahkirnya dikorbankan . Akitivitas trouk pengakut bouksit yang melebihi tonase setiap menuju ketempat pencucian yang umumnya ditepi pantai / tepi laut , mengakibatkan kerusakan parah jalan . Dan bila musim hujan fungsi sarana jalan untuk kelancaran aktivitas masyarakat ahkirnya tersendat , karena trouk pembawa bouksit menjadi lubang – lubang, jalanan penuh lumpur kental berwarna kuning , tak ubahnya seperti kubangan kerbau .

Sementara aktivitas pencucian bouksit dan pengendapan limbah umumnya ditempatkan oleh pengusaha didaerah pantai yang banyak ditumbuhi bakau . Hal ini mengakibatkan pendangkalan dan lambat laun pokok dan kayu bakau rusak dan mati . Bila musim hujan lokasi pengendapan limbah tadi meluap dan menyebabkan air laut menjadi kekuningan tercemar disekitar pantai . Nelayan yang sedang melaut ahkirnya terkena imbasnya , karena secara perlahan ekosistim tempat bersarang/ bertelurnya berbagai jenis ikan musnah karena limbah bouksit.

Pengamatan SNP. Memasuki musim kemarau , warga yang bermukim disekitar lokasi tambang , selain mengeluh sesak nafas , juga hinggapi rasa kekhwatiran terserang penyakit paru-paru dan kulit akibat polusi udara abu / tanah bouksit yang bertebaran dan masuk kesumur warga sehingga air menjadi kuning dan tidak jernih lagi . Padahal air sumur itulah yang dikonsumsi masyarakat setiap hari. Pertambangan belum memberikan kontribusi yang memadai bagi PAD Bintan . Pengamatan SNP selama ini yang dapat memberikan kontribusi terbesar bagi PAD Bintan adalah , dari sektor pariwisata seperti “ Kehadiran wisata Lagoi dan beberapa Resotr disekitar pantai Trikora “ .

Pengamatan SNP, Didaerah Teluk Bintan , Teluk Sebong , Gunung Kijang , dan sekitar Wacopek aktivitas pertambangan benar- benar menyengsarakan masyarakat . Dulu , Sebelum ada aktivitas pertambangan warga disini masih bisa bercocok tanam dan menjual sayur – sayuran kekota Tanjung pinang, untuk menambah penghasilan suami yang rata – rata nelayan . Sekarang , “ jangankan menjual sayuran untuk konsumsi sayuran tidak selera lagi karena semua tanaman menguning tertimbun abu yang berterbangan “ . Kata salah seorang warga kepada SNP .

PULAU DIKHWATIRKAN HILANG .

Pengamatan SNP, aktivitas ekplotasi pertambangan bouksit tidak hanya di Bintan namun juga dipulau – pulau kecil seperti pulau Mantang Lama , Mantang Baru , pulau Kelang dan pulau lainnya . Kondisi beberapa pulau tersebut sangat memprihatinkan dan adanya tindakan tegas Pemerintah Pusat, kalau tidak mau pulau tersebut rata dengan permukaan laut alias tenggelam dan hilang dari peta Negara Kesatuan Republik Indonesia .

Kekhwatiran Pemerintah Indonesia akan hilangnya pulau – pulau terluar diperbatasan Negara Malaysia , Singpore , dan Vietnam , kurang mendapat tanggapan oleh Pemerintah Kabupaten Bintan . Bahkan dapat dikatakan tidak perduli .

Diminta kepada Mentri Pertambangan dan Energi Pusat , membentuk satu tim khusus untuk datang dan melihat secara langsung kepulau Bintan(FNS/JHON BABO)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar